Yang Tergelincir dan Yang Terselamatkan

Adakah yang lebih buruk kelakuannya daripada Abu Sofyan al Harist dan istrinya Hindun binti Utbah?
Merekalah yang merelakan harta dan kehormatannya di pertaruhkan demi memerangi rasulullah dan kaum muslimin, menyiapkan onta ribuan ekor demi menyerang madinah. Membayar puluhan ribu dinar demi membunuh pelindung serta paman Rasulullah, Hamzah ibn Muthallib, serta mencabik jantung dan memakannya.
Dia pula yang senantiasa paling gusar memikirkan agar dakwah Rasulullah tidak menyebar ke negeri lain. hingga dia bersedia bersusah payah menjadi utusan Quraisy demi memburukkan kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah. berusaha mengadu domba dan membawa pulang paksa kaum muslimin agar di disiksa dikampung halamannya sendiri.
Dan puncak dari keburukannya adalah ketika dia berhasil menahan pamanda Rasulullah tercinta, Abu Thalib dari mengucapkan kalimat syahadat padahal Rasulullah telah menjamin keampunan dosa sang paman seandainya bersedia mengakui Allah sebagai Ilah dan Muhammad utusan Allah.
Namun lihatlah akhir kehidupan mereka.
Sang penentang yang berhasil menahan ke Islaman paman Rasulullah, dia pula dan istrinya hindun kemudian memperoleh hidayah ke Islaman hingga akhirnya terjun ke perang-perang besar bahu membahu bersama istrinya melawan kaum romawi. Darinya pula kelak, lahirnya generasi khilafah Bani Ummayyah hingga ratusan tahun lamanya.
Lalu mengapa hidayah harus hadir pada sang penyebab ke kufuran pamanda Rasulullah serta penentang beliau yang paling keras? kenapa tidak sampai kepada Abu Thalib yang sejatinya telah tersentuh dengan islam?
Jawabannya karena hidayah adalah hak preogratif Allah dan mahal sekali harganya. Maka Allah hanya memberikan kepada yang dicintai dan dirahmatiNya saja. boleh jadi, di sisi Allah, Abu Sofyan dan istrinya Hindun lebih Allah muliakan daripada Abu Thalib.
Ada juga fenomena lain yang kita pelajari dari kejadian kekafirannya Abu Thalib. yakni, jangan pernah mengambil nasehat dari kaum musyrik, munafik dan fasiq khususnya dalam bab ketauhidan, karena kecenderungan kaum musyrik tetap mengajak kepada keburukan akhirat, walaupun mereka memberikan kebaikan dunia.
Ingatlah bagaimana utusan Quraisy mendatangi Rasulullah dan mengajak bernegosiasi dengan Rasulullah. mereka berusaha menawarkan kebaikan dunia demi menyesatkan keutamaan akhirat. ingatlah perkataan merek:
"Wahai Muhammad, bila engkau bersedia, maka kami akan angkat engkau menjadi raja kami. dimana kami akan membuat mahkota dimana tidak ada orang lain yang pernah memilikiya."
"Wahai Muhammad, bila engkau bersedia, akan kami kawinkan engkau dengan perempuan yang paling cantik diantara kami, selama engkau tidak lagi mengajak kami keluar dari agama kami."
"Wahai Muhammad, bila engkau melakukan hal ini karena sakit yang parah, akan kami carikan tabib yang paling terkenal kemampuannya untuk menyembuhkanmu, selama engkau berhenti dari perkataanmu."
Ingat pula perkataan Abu Sofyan kepada Abu Thalib ketika di mulutnya hampir saja mengucapkan kalimat Syahadat.
"Wahai Abu Thalib! keturunan Muthallib yang mulia! nasab terbaik di antara kaum Quraisy dan kaum Arab lainnya. apakah engkau ingin mencampakkan kehormatanmu di mata kaum Quraisy demi mengikuti agama keponakanmu? sedangkan nenek-nenek moyangmu hidup dan mati dengan kepercayaannya."
Maka terhentilah lidah Abu Thalib demi kebanggaan dan kehormatan jahiliyyahnya yang di gaungkan kembali oleh Abu Sofyan.
Saat ini, nasehat yang serupa sering terucap oleh para penasehat fasik kepada orang-orang yang sejatinya dekat dengan kebenaran. pernah terdengar dan terketahui oleh saya, seorang yang dulunya terjaga amal shalihnya, baik akhlaknya, lurus perkataannya, fasih nasehat bertutur darinya. namun semuanya hilang dan musnah hanya karena dia mempertimbangkan perkataan teman-temannya yang selayak perkataan Abu Sofyan kepada Abu Thalib.
Perkataan semisal:
"Lulusan master dan Phd Australia kok ngurusin soal kristenisasi, keep calm bro/sist. toleransi dong. kayak ndak pernah hidup diluar saja. malu sama almamater!"
"Dokter spesialist kok ngurusin pembongkaran mesjdi. kayak FPI saja ah. itu pasien aja di urusin. pahalanya lebih besar daripada ributin mesjid yang di gusur."
"Apa? lulusan ekonomi namun nulis status tentang hadist dan nasehat? salah jurusan masbro. kalau mau khotbah dan ceramah, mending jadi santri pesantren dulu. ndak ada basic kok berdakwah?"
Inilah contoh nasehat yang sering menahan kita dari dekat dengan kebenaran dan hidayah. Bila dulu Abu Thalib tergelincir karena kehormatan nasab, suku dan kepercayaan nenek moyangnya.
Maka apakah kita tergelincir dan jauh dari kebenaran hanya karena almamater kita? pekerjaan kita? lingkungan kerja kita? teman dan saudara kita? bila iya, hati-hatilah.
Boleh jadi, kelak, hidayah yang sudah ada di hati kita akan lenyap karena kepercayaan kita akan nasehat-nasehat kaum terhormat dan berpendidikan namun berasal dari kaum musyrik, munafik dan fasiq.
Wallahu'alam.

oleh Ust. Rahmat Idris




Belum ada Komentar untuk "Yang Tergelincir dan Yang Terselamatkan"

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan pesan Anda di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel